Rabu, 05 Oktober 2016

New Yamaha YZF-R6 : One Sharp Sportbike


Mengapa YZF-R6? bukankah ada 3 moge CBU lain? atau langsung ke YZF-R1?
Sabar, karena menurut saya, YZF-R6 adalah pintu masuk yg baik untuk mulai mengenal falsafah dan interpretasi Yamaha atas sportbike.
Dan hasil test ride R6 selama weekend ini saya sampaikan ke rekan-rekan untuk disimak dan dikritisi. Silahkan.
————————————

Ya. rekan-rekan pencinta roda dua, apabila saya harus mengekstrak review mengenai YZF-R6 ini menjadi satu kata, kata itu adalah SHARP (English: tajam, cerdas). Dan itu tercermin pada banyak aspek.

                                                         Aspek #1: Sharp Design

Pada jajaran supersport 600cc, persaingan cukup ketat untuk keindahan desain. GSXR-600 dengan desain dan warna yang segar. CBR600R yang European-oriented. ZX6R yang agresif, sayangnya butuh update design segera karena modelnya sudah diturunkan ke adiknya Ninja 250FI. Dan kesemua pabrikan itu, saat mendesain sportbike 600ccnya masih sambil memikirkan bahwa motor juga harus road bike capable.
Yamaha sepertinya tidak memperdulikan itu. R6 didesain dan dilahirkan di lantai paddock. Turunan murni motor balap. Lain-lainnya secondary. Dan hmmm mungkin itu pendekatan yang tepat.
Meskipun ditutupi dengan livery hitam biru yang rendah hati, di jalan raya sulit sekali bagi pengguna jalan lain untuk tidak menoleh keduakalinya melihat lekuk dan otot racing R6. Bahkan mungkin tiga kali atau lebih. Padahal selama hampir 6 tahun tidak ada banyak perubahan pada desain R6 ini.
Saya harus sebutkan tersendiri disini. Knalpot Titaniumnya, bukan hanya desainnya berkelas dengan gravir namun juga berteknologi smart valve. Dimana katup akan membuka atau menutup sesuai putaran mesin. Ini sebabnya saat low RPM dan higher  RPM karakter suara R6 yang awalnya lembut dan dalam, berubah menjadi raungan yang beraroma keras MotoGP.

                                                           

                                                             Aspek #2: Sharp Handling

R6 akan mengiris kemanapun anda mengayun. Dengan presisi dan ketajaman yang menakutkan. Dengan ergonomi yang sangat agresif ke depan, kendali arah menjadi sangat akurat. Bet bet bet…


Ini kecepatan maksimal per gigi
Gigi satu maksimal 80 sebelum terkena limiter.
Gigi dua kecepatan maksimal 112.
Lho kok pelan om? Sabar, itu dalam miles per hour
Jadi kalau diterjemahkan ke KM/jam
Gigi satu kecepatan maksimal adalah 128 km/jam
Dan gigi dua di 181 km/jam
dan masih ada 4 gigi lagi yang belum dipake brooooo……..
Pros:
  • Sharp look
  • Sharp handling
  • Sharp power
  • Menjadi pemiliknya, di jalan raya anda adalah rider yang berbeda.
  • Sangat track oriented. Sangat.
  • Mengendarai sportbike ini, kita juga harus fit dan sport-oriented. Kita perlu melatih dengan baik otot paha dalam (untuk menjepit tank demi handling) dan pergelangan tangan. Otot punggung atau pinggang tidaklah terlalu kalau menurut saya
Cons:
  • Dengan kompresi 13.1:1 it will boil your eggs. Panasnya luar biasa. Gunakan riding ware seperti sepatu melebih mata kaki dan celana riding.
  • Ketiadaan Traction control, Power Mode dan ABS menuntut rider betul-betul mengenal karakter R6, plus kematangan berkendara.
  • Bagi umumnya rider Tanah air mungkin lowering kit dibutuhkan. R6 tinggi menjulang pada 850 mm. Serius. Tertinggi di kelasnya.
Final Verdict
6 hari dan hampir 500 km bersama, YZF-R6 mematahkan praduga saya mengenai sportbike: repot, melelahkan, tidak praktis untuk perjalanan jauh dan tidak bisa pelan.
R6 sebenarnya bukanlah sportbike utk dikendarai 15 menit lalu berhenti, 15 menit jalan lalu berhenti. Anda hanya akan mendapatkan letihnya, namun kehilangan esensi dan sensasi ridingnya. Kendarailah lebih dari 30 menit, abaikan rasa letih awal yg muncul, biarkan tubuh beradaptasi dan menyatu. Disitu, ya saat itu R6 dan jiwa racing anda baru bertemu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar